crazy of you

crazy of you copy2 copy

Author : @yoen_da/mrs.choilee

Cast:

  • Alice song juhee “hello venus”
  • Lee Donghae “super junior”
  • Xi Luhan “EXO”
  • Ahn Sohee “wonder girls”

Genre: Sad, romance

Length : oneshot

Dissclaimer: This strory is from my own mind, all cast belongs to GOD. Do not to COPYCAT without PERMISSION.

A/N: alurnya bakal maju-mundur dan mungkin agak ngejelimet, so tolong perhatiin tahun dan lokasi serta nama castnya baik-baik ^^. Sambil baca disaranin sambil denger “crazy of you” nya hyorin ^^

-crazy of you-

Are you looking at my tears?
Only one in the world, just one
I need it to be you

Hatiku mendadak sesak.

 Saat ini. Tak sampai lima meter di tempat diriku berdiri, kedua bola mataku menangkap suatu kenyataan yang coba kututupi selama ini.

 Disana. Tepat di salah satu meja dalam sebuah restaurant hotel bintang lima, dapat kulihat jelas seorang namja berparas tampan tengah berlutut dengan sebelah kakinya di hadapan seorang gadis bergaya anggun,  seraya menyodorkan sesuatu kepadanya. Entah apa yang ia berikan saat itu, namun pastinya hal itu membuat dadaku merasa begitu sesak terlebih saat keduanya kemudian berpelukan erat diiringi tepukan dan suara riuh rendah pada tamu restaurant yang melihatnya.

“Kajja, kita duduk disana,” samar-samar kudengar suara Jessica, kakak sepupuku yang datang bersamaku ke tempat ini, seraya menarik sebelah tanganku agar mengikutinya.

Aku tersadar. Mengangguk mengiyakan. Melangkah mengikuti dirinya dengan senyum sedikit terpaksa. Sementara pikiranku masih tertuju kearah lain.

Malam ini Jessica eonni memang sengaja mengajakku agar menemaninya untuk makan malam sekaligus bertemu dengan kawan lamanya yang merupakan pemilik restaurant ini.

“Jung Junyoung,” begitulah namanya saat pria bertubuh kurus dalam balutan setelan merek ternama itu menyebutkan namanya yang kemudian diikuti dengan sebuah siluet senyuman yang menurutku agak dibuat-buat itu.

Nappeun namja. Itulah sekiranya kesan pertama yang kutangkap dari pria itu. Namun entahlah. Selama makan malam berlangsung aku lebih banyak diam dan hanya sesekali menanggapi percakapan mereka. Sementara pandanganku justru kerap terlempar kearah sepasang kekasih yang berbahagia itu dengan perasaan yang campur aduk.

“Oh, pria itu baru saja melamar kekasih yang sudah dikencaninya sejak 8 tahun yang lalu. Dan kini tepat dihari jadi mereka yang kedelapan sang pria malah melamarnya,” ujar Junyoung yang sepertinya sejak awal memperhatikan diriku yang terus saja melirik kearah meja yang hanya terpaut beberapa meter dari tempat kami tersebut. “Romantis bukan?” tanyanya seraya tersenyum kearahku.

Aku tersenyum kecut.

Ah delapan tahun rupanya…

“Kau sepertinya begitu mengenal pasangan itu, Jung?” tanya Jessica eonni. Tertarik.

Junyoung tersenyum sungging, lalu memutar kepalanya. Memfokuskan tatapannya tepat kearah meja yang terletak agak membelakanginya itu.

“Gadis itu.. dia adalah adik sepupu kesayanganku.”

Deg!

Dan seketika itu pula rasa sesak yang kurasakan sebelumnya kini terasa semakin menjadi.

-crazy of you-

Why do you keep running away from me?
Why do you keep getting far from me?
Stay by my side, hold my hand
If you love me

“Song Joohee…  ” panggil Donghae sekali lagi dengan agak keras saat melihat sosokku yang malah berbalik arah saat tak sengaja berpapasan dengannya di depan lift saat aku dan Gyuri baru saja memisahkan diri satu sama lain di lobby kantor setelah menyantap makan siang.

“Song Joohee..” panggilnya lagi.

Kenapa pria itu malah nekat mengejarku yang lebih memilih naik ke lantai 4 dengan tangga darurat dari pada naik lift sih!?

“Joohee-ya,” panggilnya melembut saat sebelah tangannya yang kekar berhasil meraih lengan  kananku. Membuat langkahku terhenti tepat kekita kedua kakiku baru saja berhasil menginjakkan kaki di lantai 2 tangga darurat, dan membalikkan tubuhku sehingga tepat menghadap kearahnya.

“Joohee-ya. We gurae? Kenapa kau seolah menghindariku seperti ini?” tanyanya dengan raut bingung.

‘ini semua karena aku ingin menjauh darimu lee donghae..’ batinku.

Sebisa mungkin ku kontrol raut wajahku agar terlihat seperti biasa saja di hadapannya. Kupaksa menampilkan seulas senyuman tipis kepadanya. Membuat namja berwajah tampan itu langsung menarikku ke dalam dekapannya. Memelukku, membelai punggungku penuh kasih sayang. Membuatku berhasil merasakan deguban jantungnya.. harum tubuhnya.. serta pancaran kasih sayang yang ditularkan dari dalam dirinya kepadaku.

“Kumohon tetaplah menjadi Joohee ku, jangan pernah membuatku takut dengan cara menghindariku seperti ini lagi.”

Aku tercekat. Sekeras mungkin kugigit bibir bawahku. Mencoba menahan luapan emosi dan perasaan tak terkontrol yang mungkin saja akan meluap sesaat lagi saat mendengarnya. Mencoba menahan genangan air mata yang mulai membiasakan pandanganku agar tak sampai tumpah di hadapannya.

Perlahan pria itu membimbingku hingga terlepas dari dekapannya. Memegangi kedua lenganku erat dengan kedua tangan kekarnya. Membuatku lagi-lagi menatap kearah wajahnya yang kini terlihat tengah menatap lembut kearahku.

“Tahun depan kita menikah, oke?” ucapnya diakhiri dengan sebuah kecupan lembut di dahiku. Membuat air mata yang sejak tadi sekuat tenaga kutahan akhirnya tumpah.

“Uljima..” dengan lembut dihapusnya air mata yang mulai membasahi wajahku itu dengan ibu jarinya. Sebelum akhirnya kembali memelukku erat.

“Saranghae..” bisiknya lembut sebelum akhirnya melepaskanku dan meninggalkanku kembali keruangannya yang berada di lantai 3.

Tubuhku seketika terasa lemas. Kedua kakiku yang beralaskan stiletto berwarna cokelat itu bahkan seolah tak mampu lagi menopang bobot tubuhku hingga akhirnya diriku terduduk lemas dibalik pintu tangga darurat lantai 2.

Sesak. Sangat sesak. Itulah yang kurasakan saat ini.

Bagaimana mungkin dia bisa menjanjikan soal pernikahan begitu saja kepadaku sementara baru kemarin malam dirinya melamar seorang gadis yang telah dikencaninya selama delapan tahun di sebuah restaurant mewah.

Tes..

Lagi-lagi air mata nakal itu menetes membasahi wajahku.

“Song Joohee, benar-benar wanita cengeng! Kenapa kau ini selalu saja menangis?” ketusku pada diri sendiri seraya membersihkan air mataku dengan lembaran tissue yang selalu tersedia di saku blazer yang ku kenakan.

Drtt.. Drtt.. Drtt…

Ponselku yang kusimpan dalam saku kiri blazerku bergetar hebat. Kurogoh saku tersebut dengan tangan kiriku, malas.

Kedua mataku kontan membulat saat melihat nama yang tertera pada layar ponsel.

1 message. Uri luhan<3

Nunna.. selamat hari jadi kita yang kedua.

Maafkan karena aku menghilang selama ini dari hadapanmu.

Namun aku sangat bersyukur karena kau telah bersabar denganku selama ini.

Maka dari itu, mari kita rayakan hari jadi kita malam ini dengan indah©

Two some, Apgujeong-dong.

5 september 2013. 18.30 kst

Jangan sampai terlambat nunna.. berdandanlah yang cantik!

-k e k a s i h m u x i l u h a n

Aku terhenyak. Tubuhku bagaikan baru saja dihempaskan dari atas jurang setinggi lima ratus meter sebelum akhirnya jatuh membentur tanah dalam keadaan hancur berkeping-keping.

-crazy of you-

Aku hanya bisa menatap nanar pria manis yang tengah menyanyikan lagu ‘happy anniversary’ bagi kami berdua di hadapanku ini seraya sesekali bertepuk tangan dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

Luhan.. Pria berwajah manis yang berusia lima tahun dibawahku ini adalah kekasihku. Kekasihku jauh sebelum saat aku berkencan dengan Lee Donghae. Kekasih yang telah berani mengencaniku yang berstatus sebagai tutornya saat itu yang masih berstatus sebagai murid SMA berusia 17 tahun yang baru akan mengikuti suneung.

Melihatnya tersenyum dan bernyanyi riang merayakan hari jadi kedua kami seperti ini membuat diriku semakin merasa bersalah kepadanya.

Aku bersalah. Sungguh bersalah. Sejak awal aku memang sudah banyak melakukan kesalahan pada hubungan kami berdua.

Entah apa yang terpikirkan oleh diriku dua tahun yang lalu hingga bisa-bisanya aku yang saat itu berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir malah menerima pernyataan cinta seorang anak ingusan yang berstatus sebagai murid tutoringku, padahal saat itu aku benar-benar tak ada perasaan lebih padanya selain perasaan sayang antara seorang nunna kepada adiknya.

Dalam kurun waktu dua tahun inipun sama sekali tak ada yang special dalam hubungan kami berdua. Kami benar-benar jarang bertemu, terlebih setelah lulus ujian, Luhan dan keluarganya pindah dan menetap di Amerika. Hubungan kami hanya sebatas skype ataupun chating. Saat hari jadi pertama kami pun pria itu sama sekali tak mengingatnya, membuatku murka dan berniat untuk mengakhiri hubungan kami. Namun saat itu ia terus mengiba kepadaku dan memaksakan dirinya untuk kembali ke Korea di hari yang sama di saat diriku menyampaikan niatan untuk menyudahi hubungan kami. Berjanji untuk mengubah sikapnya dan akan lebih member perhatian kepada hubungan kami berdua. Membuatku kembali luluh pada perkataannya.

Seminggu.. dua minggu.. awalnya hubungan kami setelah peristiwa itu memang membaik namun setelah dua minggu terlewati ia justru menghilang tanpa kabar. Segala akses yang biasa kami gunakan untuk saling berhubungan satu sama lain benar-benar tak bisa kujamah. Ia benar-benar hilang bagai ditelan bumi. Hingga akhirnya aku menyimpulkan bahwa hubungan kami benar-benar telah berakhir….

“Nunna, apa permohonanmu tadi?” tanyanya penasaran. Saat ini kami berdua tengah duduk diatas ayunan kayu panjang yang ada di bagian halaman samping gedung two some.

Aku diam tak menjawab. ia terus saja memandangiku dengan tatapan memohon. Hingga akhirnya mendesah pasrah karena aku sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda untuk memberitahukan kepadanya.

“Padahal tadi aku sungguh berharap bahwa hubungan kita akan langgeng sampai kapanpun..”

Aku tercekat mendengarnya.

Harapannya kontras sekali dengan apa yang ku harapkan tadi..

Maafkan aku Luhan-ah… aku berharap bahwa kau akan menemukan gadis yang baik untukmu.. dan aku tahu bahwa itu bukanlah aku..

-crazy of you-

You make me crazy
You make me cry
You’re close as if I can catch you
But when I do, you get far away like the wind

“Imo cepatlah! Kau kan tahu hari sabtu seperti ini biasanya salon langganan kita itu akan ramai, nanti kita tak kebagian tempat~” rengek Krystal, menarik-narik bagian siku coat yang baru saja kugunakan dengan wajah tak sabaran.

“Iya, iya.. tenang saja astaga.. kita kan sudah pesan tempat,” ucapku berharap membuat gadis yang baru saja berusia 17 tahun seminggu yang lalu itu sedikit tenang dan tak terus-terusan membuat diriku yang tengah memarkirkan ford focusku dalam barisan parkir parallel ini kehilangan konsentrasi dan malah menabrak dua sedan mewah yang masing-masing parker di depan dan belakang mobil yang cicilan kreditnya belum lunasi ini.

“Nah sudah-”

“Kajjaa.. Kajja!” Krystal langsung saja berlari keluar, meninggalkanku yang  masih kerepotan membereskan isi tas yang tadi sempat di geledah oleh anak sepupuku itu.

Seperti yang dikatakan Krystal sebelumnya, salon benar-benar ramai di hari sabtu seperti ini. Untung saja orang tua krystal adalah pelanggan tetap disalon ini dan telah mengenal betul pemilik salonnya sehingga kami  tak harus berlama-lama menunggu hanya untuk sekedar masuk kedalam daftar tunggu.

Aku bukanlah tipe gadis yang betah berlama-lama di salon, jadi bisa dibilang bahwa selain untuk perawatan rambut aku benar-benar tak pernah ke salon. Lain halnya dengan Krystal. Anak itu sejak masih dalam kandungan saja hobinya sudah ke salon, jadi tak heran jika ia bahkan jauh lebih hapal segala macam jenis threatment dan bahan-bahan kandungannya dari pada siapapun di salon ini.

Setelah lama berpikir akhirnya kuputuskan untuk spa dan sedikit merubah gaya rambutku saja selagi menunggu remaja 17 tahun itu melakukan perawatan tubuhnya yang bisa-bisa memakan waktu sehari penuh.

Selama menunggu rambutku diwarnai, aku sempat beberapa kali jatuh tertidur dalam alunan music yang tersumpal di masing-masing telingaku melalui headset yang terhubung dengan ipod mini milik Krystal yang tertinggal di tasku.

“AISH!” rutukku kesal saat tiba-tiba saja aku yang mulai kehilangan kesadaran justru malah dikejutkan dengan dentuman suara keras dari aliran music metal –yang-entah-siapa-yang-menyanyikannya-aku-tak-peduli- yang terputar begitu saja. Membuatku kontan melemparkan benda persegi panjang berwarna shocking pink itu kedalam tas yang kututup rapat diatas meja rias yang ada di hadapanku.

“Sepertinya kau sedang lelah sekali ya?” ucap sebuah suara dari arah samping kananku. Aku menoleh. Dan betapa terkejutnya aku saat kulihat seorang gadis cantik bermata bulat tampak tersenyum manis memperhatikanku.

Deg!

Gadis itu.. dia… gadis yang sama dengan gadis yang ku lihat di restaurant hotel… gadis yang fotonya pernah tak sengaja kulihat bertengger manis di meja kerja seorang Lee Donghae.

Sohee. Ahn Sohee. Ya benar, kalau tidak salah itu namanya. Ahn Sohee.. kekasih Donghae. Gadis yang telah dihianati oleh kekasih yang telah dikencaninya selama delapan tahun.

“Jika kau lelah lebih baik tidur saja. Hasil pekerjaan nona Park tak pernah mengecewakan, serahkan saja padanya,” ujarnya seraya mengerling kearah seorang stylist yang kini tengah sibuk memotong rambutnya.

Aku tersenyum kikuk.

“Benar apa yang dikatakan calon pengantin ini, lebih baik anda tidur saja. Dan percayakan semuanya kepadaku, ku jamin tak akan mengecewakan,” ujar nona Park. Membuat wajah Sohee memerah.

“Ca-calon pengantin?” tanyaku. Berusaha memancing. Sohee tampat tersipu malu sementara nona Park malah terkekeh geli melihatnya.

“Ne, benar sekali. Nona Ahn Sohee kami akhirnya akan melepas masa lajangnya bersama pacar yang telah dikencaninya selama 8 tahun lamanya. Dan apakah kau tahu bagaimana baik, sopan dan romantisnya pria itu? Hemm.. aku yakin siapapun pasti akan jatuh cinta padanya. Namun sayang sekali pria itu sangat setia dan tampaknya hanya mau memandang nona Ahn seorang sebagai gadisnya” jelasnya panjang lebar. Membuat wajah Sohee semakin merah padam. Gadis itu buru-buru saja menutupi wajahnya dengan majalah yang sedari tadi dibacanya. Membuat nona Park tertawa geli.

Sekali lagi hatiku terasa perih mendengarnya.

Salah.. kalian salah besar.. Lee Donghae tak sebaik yang kalian kira..

“Baiklah nona Song, selama menunggu proses pengeringan apa wajah anda mau ku masker?” tanya nona Park yang baru saja selesai menangani Sohee yang kini tengah di blow rambutnya oleh staff lain.

Aku mengangguk mengiyakan. Toh wajahku ini juga sudah kering sekali karena lama tak pernah kuurus akibat terlalu sibuk bekerja.

Sekitar sepuluh menit kemudian akhirnya masker alpukat yang dipasang oleh nona Park telah terpasang sempurna di wajahku. Seraya menunggu proses pengeringan cat yang masih berlangsung sekitar satu jam lagi, sekali lagi ku coba memejamkan kedua mataku. Namun baru saja aku berniat untuk memejamkannya. Aku malah menangkap sebuah suara yang begitu terdengar familiar ditelingaku. Dan disaat kubuka kedua mata ini… aku malah mendapati sosok Lee Donghae kini tengah duduk tepat di samping diriku. Tepat ditengah-tengah antara aku dan Ahn Sohee. Duduk tenang menyandar tembok samping meja rias, menatap penuh perhatian kearah tunangannya yang kini asik melahap ddokpokki yang sepertinya sengaja dibawakan Donghae untuknya dengan senyuman menggoda.

Melihatmu seperti ini mengingatkanku pada masa-masa awal pertemuan kita.. dimana kau selalu saja mengejarku.. menggodaku yang berstatus sebagai karyawan baru di kantor dengan cara-cara manis yang membuatku menjadi terjerat padamu.

Sejak awal.. sejak mataku tak sengaja melihat foto kalian berdua dimejamu aku sudah tahu bahwa pastinya kau tak sendiri.

Sejak awal aku sudah tahu bahwa kau telah berdua. Namun ini memang kesalahanku. Menerimamu yang telah berdua.

Dengan jarak yang sedekat ini aku bahkan hanya dapat diam membisu memperhatikanmu yang seolah berada di dunia berbeda.

Dan perasaan seperti ini sungguh menyakitkan.

-crazy of you-

Love is what I do alone
Love only leaves tears
A crappy, foolish love

Hampir dua minggu kiranya aku membiarkan perasaanku terus terkatung-katung dalam lautan kegelisahan dan kesakitan yang pada akhirnya justru semakin membuatku jatuh dalam sebuah keterpurukkan. Aku terlalu pengecut untuk mengakhiri sendiri hubungan ini. Aku terlalu takut untuk melangkah selangkah lebih depan untuk mengakhiri dan mengakui segalanya yang telah terjadi.

Melihat senyuman polos Luhan yang begitu bahagia saat berada di hadapanku.. membuat hatiku hancur. Namun dengan mempertahankanmu berada disisikupun membuatku semakin hancur.

Cinta ini sungguh bodoh. Aku tahu ini bodoh namun apa daya perasaan ini sudah sangat jauh menguasaiku tanpa pernah bisa kutepiskan. Benar-benar bodoh!

‘Ada kalanya sebuah pilihan yang terlihat dihadapkan kepadamu bukanlah apa yang seharusnya kau pilih. Melainkan masih ada jalan lain yang bahkan belum kau sadari yang mungkin sebenarnya justru akan menjadi penyelamat bagi dirimu sendiri.’ Begitulah sekiranya yang Junyoung katakan padanya saat pria itu mengundangku untuk mencicipi resep baru di restaurantnya.

Entah sejak kapan kami berdua menjadi begitu dekat, bahkan sampai-sampai masalah hubungan pribadiku dengan tunangan sepupunya sendiripun ia tahu. Namun meski begitu pria itu tampak santai saja menghadapiku dan bertindak seolah masalah hubungan percintaan sepupunya itu bukanlah urusan dirinya.

-crazy of you-

Can I hug you just once?
Can I say my last goodbye?
Don’t forget the loving memories, the happy memories

Cukup lama kupandangi diriku sendiri di hadapan cermin besar yang ada di dalam kamarku. Kuputar-putarkan beberapa kali tubuhku untuk sekedar memeriksa penampilanku telah sempurna dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“Baiklah. Semangat Song Joohee!” ucapku pada bayangan diriku di cermin dengan sebelah tangan terkepal ke udara.

“Luhan!” panggilku sambil melambai riang pada sesosok namja berperawakkan kurus yang tampak berdiri menyandar di samping pintu masuk Amusement Park dengan kedua tangan tersimpan rapih di dalam saku mantel miliknya.

“Nunna!” sahutnya tak kalah riang.

Selama seharian penuh kami berdua bermain mencoba segala wahana yang ada dengan sesekali berfoto bersama dengan kamera polaroid yang sengaja kubawa sambil mengenakan berbagai macam jenis bandana aneh di kepala kami masing-masing. Saling bercanda sambil memakan gula kapas. Tertawa bahkan sampai menangis tat kala salah satu dari kami memaksa masuk ke dalam wahana yang tak diinginkan.

Hari ini benar-benar hari yang paling berbahagia dalam sejarah dua tahun hubungan kami. Dan selama bersamanya aku selalu merasa jiwaku kembali muda. Aku benar-benar menikmati luangku hari ini hanya untuk bersenang-senang.

“Luhan-ah.. Kapan kau kembali ke Amerika?” tanyaku di tengah-tengah makan malam kami.

“Besok. Wae nunna? Kau masih belum siap kehilanganku ya? Hahaha,” jawabnya dengan nada menggoda. Aku hanya tersenyum.

“Ne. Gureom. Gureomyeo. Tentu saja aku akan merindukanmu..” jawabku kontan membuat senyum namja itu melesat super lebar. ‘tentu aku akan sangat merindukanmu Luhan…..’

“Dah nunna.. jangan lupa mimpikan akuu!!” teriak Luhan di telepon sambil terus melambai kearahku yang kini memandangnya dari balik jendela. Aku tersenyum. Balik melambai kearahnya.

Baru saja lima menit yang lalu kami memisahkan diri di depan rumahku setelah Luhan mengantarkanku pulang dengan taksi yang kini bahkan masih menunggunya. Namun kami malah saling menghubungi melalui ponsel begitu pintu pagar terkunci.

“Luhan-ah.. boleh aku memelukmu sebentar saja?” tanyaku.

“.. maksudmu nunna?” terdengar nada bingung dari suaranya. Aku tersenyum getir.

“Tunggu sebentar. Aku akan kebawah.”

Dengan segera aku kembali turun kebawah, berlari keluar dan mendapati sosok Luhan yang memasang tampang bingung saat tiba-tiba saja aku memeluk tubuhnya erat.

“Luhan-ah. Ayo kita berpisah..”

-crazy of you-

Someday, when we meet again
Let’s not say goodbye

 Semalaman aku tak bisa tidur. Begitu memeluk tubuhnya cukup lama sampai akhirnya mengatakan kata berpisah, aku langsung berlari masuk tak mempedulikan teriakan Luhan yang memanggil-manggil namaku untuk memberikan penjelasan. Aku terus berdiri dibalik tirai jendela kamarku. Memperhatikan bagaimana reaksinya yang terlihat begitu shock dengan apa yang baru saja terjadi sampai akhirnya namja itu menyerah dan pergi dengan taksi yang sejak awal terus menunggunya.

Drt.. Drt.. Drt…

Kulirik ponselku yang tergeletak pasrah diatas meja belajarmilikku. 1 message. Uri Luhan<3

Jika ini memang yang kau inginkan aku akan mengabulkannya nunna

Terima kasih atas dua tahun yang dengan bodohnya telah kusia-siakan ini

Kuharap jika suatu saat nanti kita bertemu lagi kita tak akan saling mengucapkan selamat tinggal satu sama lain 🙂

Dalam dua jam pesawatku akan berangkat menuju LA.

Aku akan menunggumu disini sampai titik terakhir, dan kuharap kau datang menemuiku.

-Luhan

Dadaku terasa sesak saat membacanya.

“Mianhae..” dan hanya itu yang dapat terucap dari bibirku.

-crazy of you-

Words that my heart say, I love you
Words that my tears say, I’m sorry
No matter how much I pick them up and put them in
Words spill out

Kulirik arloji yang melingkar di sebelah pergelangan kiri tanganku. Waktu telah menunjukkan pukul  7 malam. Kueadarkan pandanganku ke sekeliling restaurant kecil yang berada di kawasan Hannam-dong ini. Suasana tak terlalu ramai. Hanya ada aku, dan beberapa orang  saja yang tengah mengobrol di meja teras, sementara aku sendirian duduk di salah satu meja yang ada di dalam gedung.

Sesekali kulirik kearah cermin besar yang terpajang apik ditengah ruangan. Mencoba memastikan penampilan diriku. Lalu kutatap lekat sebuah kue tart berukuran sedang lengkap dengan lilin-lilin kecil yang menyala menghiasinya dengan sebuah senyuman.

Malam ini adalah malam perayaan hari jadiku dan Donghae yang pertama. Tepat sehari setelah aku memutuskan hubunganku dengan Luhan kemarin malam. Dan untuk hal ini aku telah mempersiapkan segala sesuatunya.

Jahat? Ya mungkin aku adalah wanita terjahat yang ada di bumi ini. Karena aku dengan teganya membuang orang yang terlebih dahulu berada disisiku hanya untuk seseorang yang bahkan belum tentu menganggap diriku sebagaimana aku menganggap kehadiran dirinya sebagai salah satu orang yang sempat memiliki peranan penting dalam hidupku.

Pukul 9 malam. Sudah dua jam lamanya aku menunggu kehadirannya dalam resah.

Pukul 10 malam. Sama sekali tak ada tanda-tanda kehadirannya.

Pukul 11 malam. Aku menyerah.

Kutatap cake yang bentuk atasnya sudah berantakan akibat lelehan lilin yang tak lagi bersisa itu dengan senyuman nanar.

Sepertinya memang inilah bayaran yang harus kutebus karena telah menyianyiakan Luhan, dan membiarkan diriku menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan romansa orang lain.

Dan bayaran yang kudapatkan ini sungguh sangat menyedihkan.

Kuraih tas tanganku, dan kukeluarkan kunci mobil milikku dari dalam sana. Setelah menekan tombol kunci hingga mengeluarkan bunyi beberapa kali akhirnya aku masuk dan langsung melajukan mobilku dengan kecepatan sedang.

Lampu merah.

Kulirik jam digital yang terpasang pada dashboard mobilku. Pukul 12 malam.

“Happy failed anniversar Song Joohee..” aku tertawa lirih. Dan tanpa terasa air mataku tiba-tiba terjatuh begitu saja tanpa bisa ku kendalikan.

Aku menundukkan kepalaku sebentar sebelum akhirnya kutolehkan kepalaku kesembarang arah, mencoba menenangkan tangisku.

“HAHAHA..” tawaku miris saat kedua mataku malah menangkap sosok yang kuharapkan kedatangannya sejak empat jam yang lalu itu kini malah terlihat tengah berciuman mesra di dalam mobil sedan mewah yang berada tepat disamping mobilnya sebelum akhirnya mobil itu melaju kencang begitu lampu lalu lintas menunjukkan warna hijau. Dan aku dapat melihat dengan jelas siapa sosok itu. Lee Donghae dan Ahn Soohee.

Tinn.. Tinn..

Klakson panjang nan nyaring terdengar jelas dari beberapa mobil dibelakangku. Membuatku segera menekan pedal gas ku dalam-dalam.

Sebegitu tak berartinya diriku di dalam hatimu Lee Donghae bahkan disaat-saat akhir seperti ini kau malah menorehkan sebuah catatan terburuk dalam ingatanku. Kau bahkan sama sekali tak membiarkanku membuat perpisahan kita terasa indah.

Pandanganku seketika memburam karena air mata yang kian lama kian terasa deras keluar membasahi wajahku. Entah sudah berapa kali ku seka air mataku itu dengan punggung tanganku hingga akhirnya aku tak peduli lagi.

Yang kubutuhkan saat ini adalah ketenangan. Aku tak akan pernah hadir dalam hidupmu lagi Lee Donghae. Aku tak akan pernah membiarkan diriku semakin terjerat  dalam perasaan bersalah yang berkepanjangan. Aku tak akan pernah menyakiti perasaan siapapun yang bahkan sebelumnya tak pernah mengenalku. aku hanya ingin hidup damai tanpa perasaan tertekan.. itu saja..

Tiba-tiba saja kurasakan sebuah cahaya putih yang terasa begitu menyilaukan di depan mataku. Membuat pandanganku kacau. Aku sungguh tak dapat melihat apapun.

Aku hanya bisa mendengar suara klakson panjang yang begitu memekakkan telinga, membuat diriku tanpa sadar membanting stirku kearah berlawanan sekuat tenaga hingga kurasakan sebuah hantaman hebat pada tubuhku.

                BRAKK!!

Hanya ada satu perasaan yang menghinggapiku saat ini. Yautu perasaan hangat dan damai.

-crazy of you-

Taman pemakaman Hannam-Park

Kabut duka tengah menyelimuti keluarga Song Siang itu. Tadi malam, puteri semata wayang mereka ditemukan meninggal dunia akibat menabrak truk yang melaju berlawanan arah dengan kecepatan tinggi. Nyonya Song tampak sangat terpukul dalam pelukan suaminya. Sementara pelayat yang hadir satu persatu mulai meninggalkan areal pemakaman.

Dengan langkah berat, seorang pria berpakaian serba hitam yang menutupi sebagian wajahnya dengan rayban hitamnya, tampak berjalan mendekat kearah batu nisan yang tanahnya masih terasa basah itu. Meletakkan sebuket bunga lili putih kesukaan sang gadis tepat di depan nisan yang memajang wajah cantik gadis yang kini telah tenang di alamnya itu.

R.I.P

Song Joo-hee

Daegu, 21-10-1989 ~ 21-10-2013

21 oktober… seketika pria itu teringat akan sesuatu. Dengan segera ia berlari sekuat tenaga masuk kedalam audy putihnya sebelum akhirnya melaju dengan kecepatan tinggi menuju suatu tempat yang kini ada di dalam pikirannya.

-crazy of you-

Entry Cafe and Resto, Hannam-dong

Donghae tampak memperhatikan suasana restauran kecil yang berlokasi tak jauh dari sungai han itu dengan seksama.

Di tempat ini lah setahun yang lalu dirinya mengungkapkan perasaannya kepada Joohee..

Pandangan matanya kini tertuju kesalah satu meja yang terletak agak ketengah, berada tak jauh dari cermin besar yang terpajang di ruangan itu.

Telusurinya permukaan meja itu dengan ujung-ujung jarinya.

Di meja itu lah pertama kali keduanya makan malam sebagai sepasang kekasih. Dan sejak itu, itu menjadi tempat favorit keduanya tiap kali berkunjung kesana.

Seketika segala memori tentang kenangan keduanya berputar begitu saja di kepala Donghae bagaikan sebuah film. Mengulang kembali segala kenangan mereka berdua yang pernah terjadi disana.

“Oh, tuan Lee?” tanya seorang pria di balik meja bar, ragu. Donghae menolehkan kepalanya dengan enggan. Sama sekali tak ada siluet keramahan yang biasa ia tunjukkan disana.

“Ah ya, ternyata benar kau!” serunya bersemangat. Lalu segera mengampiri Donghae dengan secarik amplop berwarna kuning di sebelah tangannya.

“Semalam pacarmu kemari. Hampir semalaman ia hanya duduk sendirian disini sambil memandangi cake yang dibawanya sebelum akhirnya pergi dan meninggalkan ini, ambillah. Kurasa ini untukmu,” katanya seraya menyerahkan secarik surat kepada Donghae yang langsung buru-buru membukanya.

21-10-2013

Selamat hari jadi kita yang pertama Lee Donghae.

Dan selamat menjadi hari jadi kita yang terakhir 🙂

Kuharap setelah ini kita bisa menjalani hidup kita masing-masing secara wajar sebagaimana yang kita lakukan sebelum kita bertemu.

Maafkan aku karena selama ini menjalani hubungan ini atas dasar ketidak jujuran satu sama lain.

Sejak awal aku sudah memiliki kekasih. Dan sejak awalpun aku tahu kau sudah memiliki kekasih. Tapi aku selalu berusaha menutup kedua mata dan telingaku akan kenyataan yang ada selama ini, sampai akhirnya aku berada di titik dimana aku sendiri sudah tak dapat lagi mentolerir apa yang telah kulakukan selama ini terhadap diriku sendiri.

Aku bodoh. Sangat bodoh! Bisa-bisanya aku melakukan hal seperti ini.

Mulanya malam ini akan kujadikan malam terindah bagi kita  berdua terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita berdua. Setidaknya aku tak terlalu memiliki kenangan pahit dihari jadi kita sekaligus ulang tahunku bukan? Haha

Maka tolong maafkan aku karena selama ini menutupi ini semua darimu.

Yang telah terjadi biarkanlah terjadi dan mari kita buka lembaran baru. Biarlah ini semua menjadi kisah cintaku yang menyedihkan. Sementara kau harus melanjutkan kisah bahagiamu dengan tunanganmu itu. Dia gadis yang baik. Dan aku sebagai wanita jelas tak akan mau jika diriku disakiti. Maka tolong jagalah cinta kalian dan lupakan bahwa aku pernah hadir dalam hidupmu.

Selamat tinggal.

-yang pernah mengisi harimu-song joo hee-

Tubuh pria itu bergetar hebat. Tetesan air mata tak mampu dibendung lagi olehnya begitu kalimat terakhir habis ia baca.

Tak pernah ia kira selama ini gadis itu telah mengetahui rahasianya. Rahasia tentang hubungannya dengan Sohee. Gadis yang telah ditunangkan padanya sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah. Gadis yatim piatu yang sudah sejak kecil dikenalnya dan menjadi tanggung jawabnya.

Tubuh pria tegap itu tampak rapuh. Air mata membasahi wajahnya yang tampan. Sekuat tenaga dirinya menggigit punggung tangannya sendiri yang tengah meremas kuat lembaran kertas berwarna kuning dalam genggamannya tersebut agar tak mengeluarkan raungan cerminan kesakitan dirinya yang begitu kuat.

“Joohee-ya… Saranghae.. Jeongmal saranghae…” lirihnya tak kuasa menahan gejolak emosi dalam dirinya. Tak pernah terpikirkan bagi dirinya bahwa perbuatannya itu justru selama ini telah menyakiti gadis yang benar-benar dicintainya tersebut.

Ia sadar betul hubungannya dengan Sohee yang telah berjalan selama delapan tahun lamanya hanyalah sebuah perasaan semu yang muncul begitu saja karena pertemuan mereka yang sangat intens. Namun saat bertemu dengan Joohee, pria itu sadar betul bahwa selama ini apa yang dirasakannya pada Sohee bukanlah cinta. Cintanya adalah Joohee. Hanya Johee lah satu-satunya gadis yang ia cintai dalam hidupnya. Bukan Sohee.

Menikahi Sohee baginya adalah sebuah tanggung jawab. Sedangkan menikah dengan Joohee itu adalah permintaan hatinya yang tulus. Ia benar-benar mencintai gadis itu.

Ia benar-benar tak tahu jika tindakan bodohnya malah membuat gadis yang dicintainya menyimpan luka yang teramat dalam tanpa ia ketahui. Malah membuat dirinya kehilangan gadis yang dicintainya itu seumur hidupnya. Malah membuat dirinya rapuh dan seolah kehilangan kekuatan untuk berpijak.

Pria itu menyesal. Amat menyesal.

Namun mengingat pesan terakhir gadis itu yang meminta dirinya untuk melanjutkan hidup dan membahagiakan gadis yang selama ini berada disisinya membuat pria itu tersadar bahwa selama ini ia memang telah menyakiti kedua gadis yang telah hadir dalam hidupnya.

Dan ia tak mau  jika harus kehilangan salah seorang dari mereka sekali lagi.

Ia benar-benar harus bertahan demi Johee… ia benar-benar harus belajar menghargai apa yang selama ini ada disisinya.

“Jooheeya.. saranghae.. gundae… mianhae..” lirihnya.

Love is what I do alone
Love only leaves tears
A crappy, foolish love

END

 

Hai hallo annyeonghasseyo apa kabar? *bow* ini karya pertama saya setelah sekitar hampir 4 bulan menghilang dari dunia per FF-an. Sudah lama sekali rasanya saya sendiri ga pernah ‘nulis’ setelah mengalami yang namanya ‘writer block’ dan setelah itu saya sendiri sama sekali ga bisa nulis apa-apa dan terlalu terlena dengan dunia saya sendiri sampai-sampai lupa bagaimana cara menulis. Dan saya sendiri bahkan udah lama sekali gak pernah baca ff setelah masa writer block itu. Haha :p

Ini ff oneshot kedua saya sekaligus ff pertama setelah masa long hiatus. Mianhae kalau ff nya gaje tau ga ngena sama sekali karena waktu bikin pun saya meraba-raba mengingat-ingat bagaimana rasanya menulis ff pertama kali. Dan saya bener-bener jadi kaku waktu mulai menulis lagi

Maaf untuk yang pernah ngikutin ff saya sebelumnya ‘my baby’ karena sampai saat ini saya belum bisa bikin lanjutannya karena tiba-tiba saja mood hilang buat melanjutkannya.__.v

Pesan terakhir.. tolong hargai karya apapun yang kalian baca. Gomawo 🙂

 

8 respons untuk ‘crazy of you

  1. Awalnya iseng nyarik FF buat dibaca, malah nemu FF ini 🙂
    Aku suka sama penulisan dan bahasanya, feelnya juga dapet banget, thor. 🙂

  2. nyesek banget ya ampuuuuun
    donghae ko tega ametsih. seharusnya dia tegas dari awal memilih salah satu dan jangan ngebiarin rahasia semakin menjadi… kan pada akhirnya cuman penyesalan yang didapet
    everything daebak thor. aku suka …… sukaaa banget!!! di tunggu ya ff selanjutnya

  3. Sedih bgt ceritanya… Donghae n joohee sama2 menyembunyikan rahasia. Baca ff ini jd ikut ngerasain perasaan joohee… Ditunggu y next storynya

Tinggalkan komentar